Dalam pertarungan, pada umumnya orang yang memiliki fisik besar dan kuat lebih berpeluang untuk menang. Dan ini menjadi pemikiran bagi orang-orang yang bertubuh kecil, apalagi lemah, baik fisik maupun mentalnya. Sehingga apabila si kuat melakukan kejahatan atau suka bertindak sewenang-wenang maka tidak ada peluang bagi si lemah untuk bisa mempertahankan diri. Bila hukum rimba yang berlaku maka si kecil lemah akan selalu tertindas dan kalah oleh si besar kuat.
Padahal SH Terate memiliki falsafah yang memiliki pengaruh luar biasa dalam membentuk karakter kependekaran, yaitu Manusia bisa dihancurkan, manusia bisa dimatikan tetapi manusia tidak bisa dikalahkan selama masih setia kepada hatinya sendiri atau ber SH kepada dirinya sendiri.
SH Terate mengajarkan pencak silat itu agar kita memiliki kemampuan untuk mempertahankan kehormatan, keselamatan dan kebahagiaan dari kebenaran terhadap setiap penyerang. Selanjutnya juga agar memiliki kepercayaan diri yang tinggi dan mampu mengenal diri pribadi.
Memahami hal tersebut maka kita harus segera melakukan langkah-langkah besar untuk mengembalikan marwah SH Terate sebagai organisasi pencak silat yang disegani dan diakui bukan hanya dari aspek ajaran budi luhurnya tapi juga karena kehebatan teknik pencak silatnya.
Salah satu langkah yang bisa segera dilakukan adalah memformat kembali tata cara sambung yang sesuai dengan kaidah pencak silat ajaran SH Terate yang diwarnai kekayaan teknik, taktik, dan strategi seperti yang selalu tampak di masa lalu. Kita semua merindukan tampilan praktek pencak silat yang tenang, indah, berwibawa namun taktis, praktis dan melumpuhkan.
Inilah sumber kekuatan kita untuk mendidik para siswa menjadi SHyer yang percaya diri dan mengenal diri pribadi.
Bila ini bisa dijalankan maka kedepan kita tidak akan kekurangan potensi pelatih yang mumpuni sekaligus juga atlit-atlit yang handal. Dari sini marwah SH Terate akan lebih cepat kembali bersinar.
Kangmas Nurwiyono (Kacab PSHT Pacitan)